Langsung ke konten utama

Ngidam Pakaian Bayi dan Mitos Beli Perlengkapan Bayi Sebelum Hamil 7 Bulan

Minggu sore di toko serba ada alias swalayan Pujasari daerah Parung Bogor, saya bersama istri menghampiri pojok Swalayan. Di sana tersedia ragam pakaian dan peralatan bayi. Dua ibu muda sedang asyik memilih baju dan celana untuk calon bayi mereka.

"Ini untuk bayi baru lahir ya", tanya istri saya pada dua ibu muda itu.

"Iya. Untuk siapa mbak?" tanya balik salah seorang ibu yang usia kehamilannya sudah 8 bulan.

"Untuk saya tapi baru 4 bulan", balas istri sambil mengelus perutnya untuk meyakinkan ibu itu bahwa istri sedang hamil.

"Gak boleh mbak", hentak wanita itu dengan lantang.

"Lah gak boleh kenapa?", tanya istri saya penasaran.

"Iya gak boleh kalau belum 7 bulan. Apalagi mbak baru 4 bulan", jelas ibu itu.

"Emang kenapa?", istriku masih penasaran.

"Pokoknya gak boleh sebelum 7 bulan. Saya aja kemarin dimarahi ibu saya karena mau beli pakaian buat persiapan lahiran. Padahal saya sudah mau 7 bulan. Tetap gak boleh", jelas ibu itu lebih rinci tapi tetap tidak memberi jawaban yang membuat istri saya puas.

"Ya maklum aja mbak, saya kan hami anak pertama", balas istri tak mau kalah.

"Sama, saya juga anak pertama. Tetap aja gak boleh", timpa ibu itu lagi.

"Iya deh.. Tapi saya punya teman kok yang lagi hamil besar. Nanti buat teman saya aja", balas istri berusaha mengalah dan menenangkan diri.

Istri pun berusaha mengalihkan pembicaraan dengan beralih topik. Ia pura-pura bertanya misalnya apakah pakaian yang dia pegang itu untuk anak cowok atau cewek. Juga bertanya baju yang dia pegang untuk anak usia berapa bulan dll.

Tangan dan pandangannya terus saja tertuju pada baju dan celana mungil yang menurutnya lucu dan imut itu. Ia terus saja mengutak atik kumpulan pakaian bayi yang berjejer di rak khusus itu.

Meski tetap berusaha menenangkan diri, istriku tak bisa menyembunyikan rasa kesal dan galaunya akibat ulah si ibu hamil besar di sebelahnya. Mungkin baginya, mengalah dan berusaha menenangkan diri adalah jalan terbaik. Daripada beradu mulut tentang boleh tidaknya ibu hamil 4 bulan membeli pakaian untuk calon bayi. Menurutnya itu sangat tidak logis atau lebih kepada mitos belaka.

Kesabaran istriku ternyata masih diuji. Kasir penjaga toko untuk peralatan bayi tampak tidak ramah padanya. Penjaga itu memang terlihat sinir, mungkin karena melihat kemesraan saya bersama istri. Saat di depan umum, tanpa canggung istri memang terbiasa menarik lengan saya untuk dia gandeng seolah tak mau lepas. Saya pun mulai terbiasa dan menikmatinya.

Bisa juga penjaga toko wanita yang masih muda itu tidak mau terusik dengan kesibukannya memilah-milah pakaian bayi untuk didata sebelum ditaruh di raknya.

"Ini belum siap mbak", jawab penjaga itu berusaha mengelak dari istri saya yang tertarik membeli pakaian bayi yang sedang dia rapikan.

"Kalau di rak ada gak yang kaya gini mbak?", balas istriku berusaha sabar.

"Ia .. ada. Ambil aja di rak", jawabnya agak ketus sambil menunjuk rak yang dia maksud.

Istri saya bergegas kesana. Beberapa saat ia mencari-cari. Tidak ada pakaian bayi yang dimaksud penjaga toko itu. Ia kembali ke penjaga itu dan bilang pakaian yang dia cari tidak ada. Penjaga itu mengatakan memang gak ada karena sedang dia rapikan.

Istri pun menarik lengan saya. Dan melangkah ke sisi lain toko.

"Ketus amat sih penjaga toko itu. Suka banget baju dan celana bayi itu. Itu lucu banget.. ", istriku mengadu.

"Udah gak apa-apa. Besok-besok kan masih bisa kesini lagi", jawabku menenangkan.

"Tapi maunya sekarang", istri tak mau kalah.

"Jadi mau balik lagi sama mbak itu", tantangku.

"Ogah.. males..", balasnya mengalah.

"Ya usah kita cari yang lain aja", jelasku menenangkan. Kami pun mencari keperluan yang lain.
Tak terasa hari sudah gelap. Magrib sudah bekumandang beberapa saat yang lalu. Pakaian bayi tidak didapat. Hanya beberapa potong kain alas tidur bayi dan satu baju bayi untuk usia 5 bulan yang ada di kantong kresek bawaan kami. Sementara pakaian bayi lucu dan imut yang dia idamkan belum didapat. Ada juga susu ibu hamil dan susu dencow dalam kresek itu.

Saat di tempat parkir motor depan swalayan kami mampir di galeri ATM. Mengambil uang untuk bekal beberapa hari ke depan.

Setelah itu, motor kami pun segera meluncur pulang ke arah Jalan Sawangan mengendarai Vario hitam. Masih ada bebepa agenda lain yang harus diselesaikan. Termasuk sholat magrib, beli token listrik, beli buah pepaya dan mangga.

Sudah sejak kemarin istri ingin makan mangga. Bukan karena ngidam. Tapi karena hanya buah mangga yang bersahabat dengan perutnya, selain apel fuji. Buah lain akan segera dimuntahkan hanya beberapa menit setelah dimakan.

Sebenarnya belum musim. Jadi wajar kalau harganya masih mahal. Tidak semua toko buah juga menjajakannya.

Tak apalah. Yang penting istri senang. Setidaknya bisa menenangkan hatinya setelah galau beradu mulut dengan ibu-ibu tadi di Swalayan.

Istri sebenarnya lagi ngidam pakaian bayi. Ibarat pepatah, tak ada rotan akar pun jadi. Tak ada pakaian bayi, manggapun cukuplah memenuhi rasa ngidamnya. Hehee..

Dari peristiwa ini setidaknya ada beberapa hal yang bisa diambil hikmahnya.

Pertama, menurut saya tidak boleh membeli peralatan bayi sebelum 7 bulan memang ada benarnya. Tapi bukan karena alasan pamali atau karena saya percaya mitos. Secara logis, usia dibawah 7 bulan masih sangat rawan untuk berjalan-jalan, apalagi sampai mencari-cari pakaian bayi di tempat yang jauh dari tempat tinggal.

Kedua, karena masih rawan, usia kurang dari 7 bulan ada kemungkinan gagal alias keguguran. Jika itu terjadi, meski semua ibu hamil tidak harap begitu, kegagalan akan mengganggu psikologis sang ibu, apalagi sudah sampai mengumpulkan peralatan bayi yang menurutnya lucu-lucu dan imut itu. Alhamdulillah semoga hal ini tidak akan terjadi.

Ketiga, peringatan bagi para suami yang istrinya keranjingan belanja. Ini sih memang kodratnya wanita. Tapi kebiasaan belanja bisa menguras kantong, dan membahayakan janin bayi dalam kandungan. Jadi kenapa harus buru-buru beli peralatan bayi, toh kelahiran masih sangat lama.

Untuk alasan terakhir ini saya setujulah. Heheee... 





Artikel Terkait


PENTING!!

Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pihak mana pun. Jika berasal dari sumber lain, maka akan tertulis jelas pada setiap tulisan.

Semua tulisan bisa diambil, copy, dishare, atau digandakan. Tapi ingat, hargai karya orang dengan mencantumkan sumber aslinya.

© Zain Usman Design by Seo v6