Aku merekamnya, Dek. Merekam dengan mataku bagaimana kamu menjadi istri di hari pertama pernikahan kita. Aku menyaksikan punggungmu dari bingkai pintu, saat kamu sedang asyik membuatkan nasi goreng di dapur untukku. Kamu menoleh, aku sembunyi. Kamu mengerutkan dahi, kayak ada yang ngintip? Begitulah mungkin kamu berfikir. Memang, batinku... hehe. Aku menutupi tawa renyah dengan gumpalan tangan. Aku merekamnya, Dek. Merekam dengan retinaku bagaimana kamu mengusap peluh di pelipismu. Kamu sepertinya capek sekali. Pagi-pagi sudah membereskan rumah, menyiapkan sarapan, dan juga merapikan baju-baju. Maafkan jika hari itu aku pura-pura tidur, tak membantumu. Aku hanya ingin merekam semua kebaikanmu. Agar saat aku marah dan kesal padamu, rekaman itu dapat diputar kembali. Kamu, yang dengan rela meninggalkan orangtuamu demi menemani dan melayani aku. Meninggalkan kemanjaan bersama papahmu. Meninggalkan kehangatan bersama mamahmu. Itu semua demi aku? Lelaki yang baru dike...