Smartphone saya dengan suara khasnya berdering.
"Dimana bang?", tanya kekasih hati di ujung telepon.
"Gak tau nih dimana', candaku.
"Lha masa gak tau. Apa lagi di jalan?," tanya istri penasaran.
"Gak juga, tapi di suatu tempat pastinya", balasku.
"Iya tapi dimana bang", istriku sudah mulai gak sabar.
"Iya bercanda, ini bang lagi olahraga", jawabku.
"Oo fitnes... Mang belum pulang", tanya istri lagi.
"Habis ini pulang sayang", jawabku menggoda.
"Iya tapi ini udah malam, buruan ih", desak istriku.
"Paling bentar lagi nih. Si Dede ngapain Yank?", bertanya kondisi Firaz.
"Iya nih lagi nenen. Seharian adem gak rewel", jawab istriku seolah sudah tau apa yang akan saya tanya berikutnya.
"Baguslah klo gitu. Ya udah lanjut aja", balasku.
"Iya tapi cepatan pulang", kata istriku lagi.
"Emang kalau pulang cepat mau hadiahin apa?", godaanku berlanjut.
"Apa ya? Gak tau, kan istri itu bukan dukun", balasnya.
"Sayang... Tidak perlu jadi dukun untuk menjadi seorang istri. Suami itu akan sangat senang dan pasti suka apa pun yang disiapkan oleh istrinya dengan tangannya sendiri. Kan selama ini bang tidak pernah minta macam-macam. Karena bagi Abang, semua yang istri siapkan itu spesial", jelasku.
"Gitu ya... ", jawaban khasnya jika beberapa nasehat dan penjelasan keluar dari mulutku. Jika jawaban ini keluar artinya istri setuju dan biasanya pembicaraan akan berhenti atau ganti topik.
Nah kembali ke judul.
Judul tulisan ini pasti terkesan berlebihan bagi pembaca. Tapi, bagi saya ini cocok untuk menggambarkan keadaan saya yang telah sekian lama hengkang dari 'dunia persilatan'.
Dunia persilatan saya maknai sebagai kebiasaan saya menyempatkan waktu untuk berolahraga khususnya fitnes di tengah kesibukan kerja. Bagi saya, olahraga adalah agenda rutin yang tidak boleh terlewatkan dalam beraktivitas bertapapun sibuknya.
Namun, pasca menikah pada Mei 2016 lalu saya memang sudah agak jarang olahraga apalagi fitnes. Paling-paling lari pagi di hari Minggu atau sekedar membersihkan taman depan rumah. Dan itu sudah cukup menguras tenaga.
Hengkang beberapa bulan dari dunia gym bagi saya memang tidak lumrah. Biasanya saya selalu mengisi waktu untuk olahraga minimal 3 kali dalam seminggu. Untuk hari-hari sibuk saya biasa mengisinya dengan fitnes. Karena fitnes biasanya kebih efektif untuk mengolah tubuh kembali fresh, apalagi di tempat langganan saya ada fasilitas sauna gratis sampai puas.
"Eh bang Zai. Kemana aja?", tanya petugas administrasi gym langganan.
"Biasalah mb", jawabku sekenanya.
"Mau bulanan ya", tanya mb petugas karena saya harus membayar penuh untuk satu bukan ke depan jika ingin langganan lagi.
"Iyalah.. mana pernah dia bayar sekali datang", lanjut Mb yang satu lagi yang sudah paham sekali karena saya selalu langganan gym bulanan di situ.
"Iya nih.. Berapa ya?", tanyaku cuek meski sebenarnya sudah tau saya harus mengeluarkan hepeng 165.000 untuk langganan bulanan. Maksud pertanyaanku juga siapa tau harganya turun gutu.. ngarep..
Sejurus saya ulurkan empat lembar uang 50 ribu. Mb nya segera mengembalikan sisanya beserta kwitansi pembayaran. Di kwitansi tercatat tanggal 04 April 2017. Artinya masa kontrak saya di sini sampai tanggal 04 Mei 2017 mendatang.
Saya pun bergegas ke kamar ganti lalu segera memulai pemanasan dan lanjut gym. Suasana tempat gym sore gini lebih ramai dibanding siang atau pagi. Orang-orang biasanya memanfaatkan waktu sepulang kerjaan.
Dengan memulai fitnes hari itu artinya sebulan ke depan saya harus meluangkan waktu minimal 3 kali dalam seminggu agar selalu bugar menjalani hari. Baguslah.. dengan begitu, saya punya alasan untuk pulang kantor lebih dari biasanya, sekitar jam 5 sore.
Berikut beberapa hasil jepretan kamera smarphone saya yang menggambarkan suasana gym waktu itu.
Selamat menikmati.
Komentar
Posting Komentar
Silakan ketik ucapan selamat atau komentar di sini: